Penggunaan Modul Komunikasi Keluarga Dalam Upaya Pemanfaatan Layanan Kesehatan: HIV/AIDS Oleh Remaja Di Wilayah Puskesmas Kerambitan
Abstract
ABSTRACT
The health hazard that most threatens adolescents is the HIV / AIDS case. From year to year, cases of HIV / AIDS in adolescents more and more. Adolescent health services in some Public health centers have also been prepared to assist teenagers in the face of the problem. It's just not optimal utilization. To move teenagers to take advantage of this service, they need guidance and assistance from parents. On the one hand, parents need guidance and guidance to help their children grow and develop. Researchers conducted in 2016, in a group of adolescents, in Kota Denpasar and Karangasem, on "Developing a Family Care Model to Improve Emotional Intelligence and Self-Adolescent Children," has a simple guide that can help parents carry out their roles optimally for protecting children and help them thrive in intelligence and independence. This guide researchers have developed into a family-friendly module for guiding teenagers facing the effects of globalization. This module is called the "Family communication module." They are currently used in adolescents in the working area of Kerambitan Health Center. To see the effect on adolescent attitudes on HIV / AIDS services utilization in Puskesmas. The simple linear regression equation is Y = a + bX. Based on the output table coefficient obtained, a = 41,680. This number is a constant number which means that if there is no family communication module (X), then the consistent value of attitude on service (Y) is 41,680. B = number of regression coefficients. Its value is 0,556. This number implies that for every addition of 1% utilization of the family communication module (X), attitude on service (Y) will increase to 0,556. The value of the regression coefficient is positive, giving meaning, the utilization of the family communication module has a positive effect on the attitude of Public health center service. The regression equation is Y = 41,680 + 0,556 X. From the output is known R square value of 0.175. This value means that the influence of the family communication module (X) on attitudes in Public health center service (Y) is 17,5%, while 82,5% of attitude on service is influenced by other variables not examined. They conclude that the utilization of the Public health center communication module positively affects attitudes on HIV / AIDS services by Public health centers.
ABSTRAK
Penggunaan Modul Komunikasi Keluarga Dalam Upaya Pemanfaatan Layanan Kesehatan: HIV/AIDS Oleh Remaja di Wilayah Puskesmas Kerambitan. Bahaya kesehatan yang paling mengancam remaja adalah kasus HIV/AIDS. Dari tahun ke tahun kasus HIV/AIDS pada remaja semakin banyak saja. Layanan kesehatan remaja di beberapa puskesmas, juga sudah disiapkan, untuk mendampingi remaja dalam menghadapi permasalahannya. Hanya saja pemanfaatannya belum optimal. Untuk menggerakkan remaja memanfaatkan layanan ini, perlu bimbingan dan pendampingan dari orang tua. Di satu sisi orang tua memerlukan bimbingan dan panduan dalam membantu anak-anak mereka bertumbuh dan berkembang. Penelitian yang peneliti lakukan pada tahun 2016, di sekelompok remaja, di Kota Denpasar dan Karangasem, tentang “Pengembangan Model Pengasuhan Keluarga dalam Upaya Meningkatkan Kecerdasan Emosi dan Kemandirian Anak-Remaja”, mendapatkan sebuah panduan sederhana yang dapat membantu orang tua melaksanakan perannya dengan optimal untuk melindungi anak dan membantu mereka berkembang dalam kecerdasan dan kemandirian. Panduan ini peneliti kembangkan menjadi sebuah modul yang mudah dapat digunakan keluarga dalam membimbing remaja, menghadapi pengaruh globalisasi ini. Modul ini dinamakan “Modul komunikasi keluarga”. Saat ini digunakan pada remaja di wilayah kerja Puskesmas Kerambitan. Untuk melihat pengaruhnya pada sikap remaja pada pemanfaatan layanan HIV/AIDS di Puskesmas. Persamaan regresi linear sederhana adalah Y= a + bX. Berpedoman pada output table coefficient didapat, a = 41,680. Angka ini merupakan angka konstan yang mempunyai arti bahwa jika tidak ada modul komunikasi keluarga (X), maka nilai konsisten sikap pada layanan (Y) adalah sebesar 41,680. b = angka koefisien regresi. Nilainya sebesar 0,556. Angka ini mengandung arti bahwa setiap penambahan 1% pemanfaatan modul komunikasi keluarga (X), maka sikap pada layanan (Y) akan meningkat sebesar 0,556. Nilai koefisien regresi bernilai positif, memberi makna, pemanfaatan modul komunikasi keluarga berpengaruh positif terhadap sikap pada layanan puskesmas. Persamaan regresinya adalah Y = 41,680 + 0,556 X. Dari output diketahui nilai R square sebesar 0,175. Nilai ini mengandung arti bahwa pengaruh modul komunikasi keluarga (X) terhadap sikap pada layanan puskesmas (Y) adalah sebesar 17,5 %, sedangkan 82,5% sikap pada layanan dipengaruhi oleh variable lain yang tidak diteliti. Disimpulkan bahwa pemanfaatan modul komunikasi keluarga berpengaruh positif terhadap sikap pada layanan HIV/AIDS oleh puskesmas.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Situasi Perkembangan HIV AIDS di Indonesia. Kementerian Kesehatan R. I.; 2012. https://siha.kemkes.go.id/portal/files_upload/Laporan_HIV_TW_II_20192.pdf
Komisi Penanggulangan AIDS. Situasi HIV dan AIDS di Indonesia. Komisi Penanggulangan AIDS; 2009.
Mansoer, A., Triyanti, K., Savitri, R., Ika Wardhani, W., & Setiowulan, W. Kapita Selekta Kedokteran (3rd ed.). Media Aesculapus, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2004.
Cakera, N. L. P. Y. S., & Labir, I. K. The Development of Family Parenting Model In Efforts Increases The Intelligence Of Emotion And Children’s Control In Karangasem District And Denpasar City. JURNAL INFO KESEHATAN, 2017; 15(1), 166 - 183. Retrieved from http://jurnal.poltekeskupang.ac.id/index.php/infokes/article/view/138
Marubenny, S., Aisah, S., & Mifbakhuddin. Perbedaan Respon Sosial Penderita HIV-AIDS yang Mendapat Dukungan Keluarga dan Tidak Mendapat Dukungan Keluarga di Balai Kesehatan Paru (BKPM) Semarang. Jurnal Keperawatan Komunitas, 2013; 1(1), 43–51. https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/JKK/article/view/924/976
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Indonesian Demographic and Health Survey 2012. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2013. https://dhsprogram.com/pubs/pdf/fr275/fr275.pdf
Thoha, M., & Chabib. (2003). Teknik Evaluasi pendidikan. Rajagrafindo Persada; 2003.
Azwar, S. Penyusunan Skala Psikologi (2nd ed.). Pustaka Pelajar; 2012.
Andriani, A. Kecerdasan emosional (emotional quotient) dalam peningkatan prestasi belajar. Edukasi, 2014; 2(1), 459–72. Available from: https://ejournal.staim-tulungagung.ac.id/index.php/edukasi/article/view/105
Ghajarzadeh, M., Owji, M., & Sahraian, M. A. Emotional Intelligence (EI) of Patients with Multiple Sclerosis (MS). Iranian J Publ Health, 2014; 43(11), 1550–6.
Setiawan, H. H. (2014). Pola Pengasuhan Keluarga dalam Proses Perkembangan Anak. Jurnal Informasi: Permasalahan Dan Usaha Kesejahteraan Sosial, 2014; 19(3), 284-300.
Sugito. Model Pembelajaran Transformatif Bagi Pengembangan Pola Asuh Orang Tua. In Disertasi PLS Pasca Sarjana UPI - Tidak Publikasikan . UPI; 2008.
Hurlock, B., & Elizabeth. Perkembangan Anak, Jilid 1 (Jilid 1). Penerbit Erlangga; 2013.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Petunjuk Teknis, Penguatan Manajemen Puskesmas dengan Pendekatan Keluarga. Kementerian Kesehatan R. I. ; 2016.
DOI: https://doi.org/10.33992/jsh:tjoh.v18i1.1832
Refbacks
- There are currently no refbacks.